Persatuan Irama Guntur Yang Berdebar debar
Reference of Audio: Menuju Palung Terdalam — Panturas
Pertanda badai akan tiba; ketika detakan cahaya biru melilit mencium tanah yang kelak di pijak.
Para vokalis yang berkicau pada pagi hari mulai terbujur kaku — menunduk ke bawah; seakan atlit terjun bebas.
Aroma busuk dari mulut berwibawa; berbicara janji palsu lalu berlutut sungkam pada materi — tersulam diam.
Lahir pada tahun kelam; seumur nyawa mengejar cahaya sampai akhirnya diangkat jadi pemuka.
Jika pernah menganggap diri sendiri adalah seorang singa; maka jadi raja tak pantas, derumannya tak seberapa!
Semenjak datang titik terendah; tidak pantang tapi menyerah. Tersedak sudah seratus umat yang bersujud pada pilar pimpinan.
Layak perilaku hamlak — perforasi figurnya sangat lapuk dan karaktermu sudah usai; turun dari tahtamu pelawak!
Aku dibesarkan oleh singa; seribu jam yang sudah berlalu — taring dan mata sang induk masih setajam belati.
Cukup sudah; kau melemah, selalu berlari dengan pendapat orang mati. Malu hati pernah bersangkut paut dengan kiblat yang tersesat.
Hendak kekacauan ombak besar segera menyerbu dan gumpalannya yang bermassa. Dalam hakikat pribadi — hanya ada persatuan irama guntur yang berdebar debar dalam nadi.
Sekarang — usai sudah kuasa tanpa jejak warisan. Semoga lauk pauk di ujung nyawa berbentuk kutukan untuk mengingat kembali kalau raga berpasrah dan kalah.
12:56 — 23rd of January 2024